Jumat, 26 November 2010

Kaleidoskop Kecelakaan Kereta Api

2001

  • 25 Desember 2001, sekitar jam 04.33, Kereta api 146 Empu Jaya menabrak Kereta api 153 Gaya Baru Malam Selatan yang sedang menunggu bersilangan di sepur 3 emplasemen stasiun Ketanggungan Barat, Brebes. Tabrakan tersebut terjadi dikarenakan KA 146 melanggar sinyal masuk stasiun Ketanggungan Barat yang beraspek merah (tanda bahwa kereta harus berhenti). Peristiwa ini mengakibatkan 31 orang tewas dan 53 lainnya luka berat termasuk masinis dari KA 146.

2002

  • 10 Juni 2002, jam ± 11:45 WIB, rangkaian langsiran lokomotif BB.306.15 yang membawa 7 rangkaian gerbong semen (KKW) bertabrakan dengan rangkaian KA batu bara nomor KA-2807 lokomotif BB.204.10 yang membawa 8 gerbong batubara (KKBW) dan lokomotif pendorong BB.306.14. Tabrakan terjadi di perlintasan Koto Luar di kilometer 11+450 petak jalan Pauhlima – Indarung.

2003

  • 3 Januari 2003, 04:45, kereta api 73 Bima jurusan Surabaya - Gambir anjlok di Km 312+8/9 Emplasmen Stasiun Bumiayu, Wesel no. 13A Petak jalan antara Stasiun Kretek – Linggapura Lintas Kroya - Cirebon. Tidak ada korban jiwa.
  • 21 April 2003, 14:25, rangkaian kereta api barang batubara rangkaian panjang (Babaranjang) anjlok di Km 8 + 470/ petak jalan antara Stasiun Tanjung Karang – Tarahan Desa Sumur Putri, Kecamatan Garuntang, Bandar Lampung. Tidak ada korban jiwa.
  • 14 Mei 2003, 12:40, rangkaian KA 107 jurusan Surabaya – Yogyakarta Tugu anjlok di km 204. Tidak ada korban jiwa.
  • 30 Mei 2003, 09:27, kereta api 122 Fajar Utama Semarang anjlok di Km 156 + 0/3 emplasemen Stasiun Kadokangabus petak jalan antara Stasiun Cilegeh – Kadokangabus, Kabupaten Indramayu. Tidak ada korban jiwa.
  • 30 Juli 2003, 00:35, rangkaian KA 1404 yang membawa bahan bakar minyak (BBM) Pertamina dengan total l berat rangkaian 855 ton anjlok dan beberapa gerbong terguling. Tidak ada korban jiwa.
  • 1 Agustus2003, 09:40, kereta api 84 Kamandanu rute Jakarta Gambir - Semarang Tawang anjlok di Km 52+600 s/d 53+100 petak jalan antara Stasiun Lemahabang - Kedunggedeh Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi. Sebanyak 6 penumpang luka berat dan 12 penumpang luka ringan.
  • 27 Oktober 2003, 12:05, kereta api Argo Bromo Anggrek rute Surabaya Pasar Turi – Jakarta Gambir anjlok di Km 38 + 420 petak jalan antara Stasiun Karangjati – Gubug, Kabupaten Grobogan.

2006

Kereta api Serayu anjlok pada 21 April 2007 mengakibatkan 46 korban luka
  • 13 Desember 2006, kereta eksekutif Sawunggalih, rute Kutoarjo-Jakarta, anjlok di Karangsari, Cilongok, Banyumas. Tidak ada korban.
  • 11 Desember 2006, kereta Mutiara Timur, rute Surabaya-Banyuwangi, anjlok di desa Randu Agung, Klakah, Lumajang. Tidak ada korban.
  • 1 November 2006, kereta eksekutif Parahiyangan, rute Bandung Jakarta, anjlok di Kampung Babakan, Tanjung Pura, Karawang. Tidak ada korban.
  • 14 April 2006, Sebuah kereta api bermuatan CPO atau minyak sawit mentah yang sedang berjalan pelan ditabrak dari belakang oleh kereta api serupa di desa Fortuna Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Dua orang penumpang tewas dalam kejadian ini.
  • 16 April 2006, Grobogan, 02.15 dini hari. Kereta api Kertajaya dengan masinis Nurhadi bertabrakan dengan kereta api Sembrani dengan masinis Muhadi. Sebanyak 14 orang tewas. Bermula dari KA Kertajaya yang masuk ke Stasiun Gubug dari arah Jakarta. Saat itu, Kertajaya masuk di Jalur 1. KA Gumarang kemudian masuk ke Stasiun Gubug di jalur 2. Setelah Gumarang melintas, seperti tidak sabar, KA Kertajaya nyelonong keluar stasiun dan masuk ke jalur 2. Padahal, saat itu KA Kertajaya belum diberi aba-aba untuk jalan. Ketika KA Kertajaya masuk ke jalur 2 tiba-tiba KA Sembrani dengan masinis Muhadi datang dari arah Jakarta dengan kecepatan tinggi, dan tabrakan hebat pun tak dapat dihindari.
  • 18 April 2006, kereta rel listrik Pakuan jurusan Jakarta-Bogor menabrak Metromini S-64 jurusan Pasar Minggu-Cililitan. Lima orang meninggal di tempat, seorang meninggal di rumah sakit, sedangkan satu orang lainnya masih dalam kondisi kritis. Peristiwa itu terjadi saat Metromini hendak melewati perlintasan kereta api Duren Kalibata, Jakarta Selatan, di bawah fly over Kalibata sekitar pukul 3 sore. Menurut seorang saksi mata, kecelakaan itu terjadi sebab laju Metromini tertahan karena tepat di depannya ada angkutan lain yang sedang berhenti. Meski sopir sudah membunyikan klakson berkali-kali supaya angkutan lain maju, tapi tidak dihiraukan.

2007

KA Gumarang yang anjlok pada 12 Agustus 2007. Kecelakaan terjadi karena rel kereta digergaji yang diduga oleh aksi sabotase

2010

Salah satu Gerbong KA Senja utama yang terbalik akibat tabrakan kereta api di petarukan
  • 8 September 2010 kereta api Sribilah ditabrak oleh kereta api minyak dan barang di Desa Citaman,kelurahan Simpang Tiga,kecamatan Perbaungan,kabupaten Serdang Bedagai,Sumatera Utara,menjelang stasiun perbaungan.akibatnya,4 gebong kereta sribilah hancur,namun tidak menyebabkan korban jiwa.
  • 2 Oktober 2010 Tabrakan kereta api Petarukan 2010 antara kereta api Argo Bromo Anggrek menabrak kereta Senja Utama Semarang yang saat itu sedang menunggu di stasiun Petarukan.kereta senja utama semarang menunngu kereta argo bromo anggrek di jalur 3.tetapi kereta argo bromo anggrek memasuki jalur yang salah.kereta tersebut masuk di jalur yang tidak ditentukan.akibatnya kereta itu menabrak kereta senja utama semarang.4 gerbong di senja utama semarang rusak berat.dan memakan korban tewas terbesar dalam sejarah kecelakaan kereta api di indonesia.

Parahyangan Turun Harga

Kereta Api Parahyangan jurusan GMR-BD mulai tanggal 26 Oktober 2010 turun harga menjadi Rp 10.000,00 (Kelas Eksekutif)

Kereta Parahyangan memasuki stasiun Gambir.

Jadwal Kereta Api Fajar Utama Semarang



Stasiun Waktu Kedatangan Waktu Keberangkatan
Pasar Senen - 07.15
Jatinegara 07.25 07.27
Bekasi 07.42 07.44
Cirebon 10.21 10.30
Tegal 11.43 11.47
Pekalongan 12.44 12.49
Weleri 13.49 13.53
Semarang Tawang 14.30 -
Stasiun Waktu Kedatangan Waktu Keberangkatan
Semarang Tawang - 08.00
Weleri 08.37 08.29
Pekalongan 09.28 09.31
Tegal 10.28 10.34
Cirebon 11.36 11.45
Bekasi 14.25 14.27
Jatinegara 14.42 14.44
Pasar Senen 14.55 -

Argo Sindoro

Argo Sindoro adalah nama sebuah kereta api yang dioperasikan PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk melayani koridor jalur Semarang - Jakarta. Rangkaian gerbong KA Argo Sindoro menggunakan bekas gerbong Argo Anggrek. Semua gerbong kereta ini adalah kelas eksekutif. Selama perjalanan, kereta api ini hanya berhenti di Stasiun Pekalongan, Cirebon, dan Jatinegara.


Rabu, 24 November 2010

KA Argo Bromo

Argo Bromo Anggrek mulai dioperasikan pada tanggal 24 September 1997. Produk ini merupakan pengembangan (derivative merk) dari KA Argo Bromo JS-950 yang diresmikan pertama kali perjalanannya oleh Presiden RI pada tanggal 31 Juli 1995 menandai Hari Teknologi Nasional 12 Agustus 1995

 

 




Brand
Bromo diambil dari nama satu gunung yang berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur. Panorama Wisata Gunung Bromo yang memiliki ketinggian 2.392 m ini selain menyimpan makna ritual cultural dan religius juga menyajikan keindahan kawah dan keasrian alam lingkungannya yang membuat kawasan Gunung Bromo menjadi sangat terkenal dan menjadi salah satu tujuan wisata utama turis domesyik maupun mancanegara. Sebutan Anggrek digunakan untuk menandai adanya derivative merk dari produk sebelumnya, sehingga warna eksterior kereta tersebut disesuaikan dengan paduan warna setangkai bunga anggrek.


Perjalanan Gambir-Surabaya Pasarturi sejauh 725 km melalui lintas Utara ditempuh dalam waktu 9 jam. KA Argo Bromo Anggrek dengan kapasitas 400 seat terdiri atas 8 rangkaian kereta kelas eksekutif dan dalam perjalanannya hanya berhenti di Stasiun Pekalongan dan Semarang.


KA Argo Bromo Anggrek menyediakan sarana hiburan selama dalam perjalanan berupa tayangan audio/video (Show On Rail). Selain sarana hiburan penumpang dapat juga memesan makanan dan minuman sesuai dengan menu pilihan yang disediakan dan bisa dinikmati baik di tempat duduk masing-masing maupun di kereta restorasi yang didesain sebagai mini bar yang dilengkapi dengan fasilitas untuk berkaraoke. Semua ini sengaja didesain untuk membuat penumpang seolah-olah berada di dalam hotel berjalan, sehingga perjalanan bersama Argo Bromo Anggrek diharapkan dapat menghemat biaya akomodasi hotel dan setibanya di tujuan dalam kondisi fresh.
 
Fasilitas & Spesifikasi Teknis Kereta
Item
Keterangan
InteriorDesain disesuaikan dengan aspek estetika, keselamatan & kenyamanan, dilengkapi peredam suara & isolasi panas tidak mudah terbakar
Tempat duduk
  • Kapasitas 50 tempat duduk perkereta
  • Reclining & revolving seat system
  • Dilengkapi meja lipat & sandaran kaki
  • Desain ergonomis
Leluasa & nyaman
Pintu ruanganSistem geser otomatis
JendelaKaca tetap dupleks, lapisan laminasi isolator panas dilengkapi dengan tiraiUkuran & desain disesuaikan dengan aspek keselamatan & keamanan
Penyegar udara2 set Air Conditioner (AC) tiap keretaTemperatur 21 – 260 C
Jenis BogieK9/ CL243 bolsterless, dengan system suspensi ganda : conical rubber bounded dan air spring (pegas udara) serta dilengkapi vertical & horizontal shock absorberBuat goncangan terasa lembut
Fasilitas keselamatanTabung pemadam kebakaran, emergency brake
Fasilitas lainnyaAudio/video, lampu baca, toilet
 

KA Sembrani

eluncuran perdana KA Sembrani dilakukan pada tanggal 1 Oktober 1995. Produk ini merupakan pembaharuan dan inovasi dari KA Mutiara Utara yang sudah beroperasi mendahuluinya.






Nama Sembrani diambil dari cerita legenda masyarakat tempo dulu yang menggambarkan seekor kuda bersayap yang dapat terbang dan sangat berani. Dalam cerita pewayangan, kuda Sembrani adalah kuda tunggangan Batara Wisnu. Sementara menurut hikayat rakyat Jawa, Sembrani merupakan alat transportasi bagi raja, ratu dan senopati yang konon menurut cerita bila bepergian selalu menggunakan Kuda Sembrani agar dapat dengan mudah dan cepat sampai di tujuan. Legenda ini melekat pada KA Sembrani yang melayani pemerjalan koridor Jakarta-Surabaya Pasarturi (725 km).


Kereta api yang memiliki kapasitas 416 tempat duduk ini (8 kereta kelas eksekutif) menawarkan alternative perjalanan pada malam hari melalui lintas Utara Pulau Jawa dengan waktu tempuh sekitar 10 jam 30 menit dan hanya berhenti di Stasiun Pekalongan, Semarang Tawang, Cepu dan Bojonegoro.

Fasilitas & Spesifikasi Teknis Kereta
Item
Keterangan
InteriorDesain disesuaikan dengan aspek estetika, keselamatan & kenyamanan, dilengkapi peredam suara & isolasi panas tidak mudah terbakar
Tempat duduk
  • Kapasitas 52 tempat duduk perkereta
  • Reclining & revolving seat system
  • Dilengkapi meja lipat & sandaran kaki
  • Desain ergonomis
Leluasa & nyaman
Pintu ruanganSistem geser otomatis
JendelaKaca tetap dupleks, lapisan laminasi isolator panas dilengkapi dengan tiraiUkuran & desain disesuaikan dengan aspek keselamatan & keamanan
Penyegar udara2 set Air Conditioner (AC) tiap keretaTemperatur 21 – 260 C
Jenis BogieK8/NT.60 dengan system suspense conical rubber bounded dan coil spring dilengkapi bolster anchor serta vertical shock absorberMemperhalus goncangan
Fasilitas keselamatanTabung pemadam kebakaran, emergency brake
Fasilitas lainnyaAudio/video, lampu baca, toilet

Kereta Eksekutif Argo


Segmenting yang mendasari peluncuran KA Eksekutif dilakukan dengan mengklasifikasikan pelanggan dalam beberapa tingkatan value :
Gateway value, konsumen yang menggunakan jasa kereta api hanya mendasarkan kepada fungsinya sebagai alat transportasi
Competitive value, disamping mempertimbangkan fungsi utama sebagai alat transportasi, pelanggan mempertimbangkan pula faktor tingkat kenyamanan dan pelayanan yang dibandingkan terhadap moda pesaing
Ultimate value, pelanggan tidak sekedar menuntut fungsi dan perbandinggan, melainkan juga pertimbangan-pertimbangan psikologis yang tidak dapat diukur batasnya, misalnya gengsi, prestise dan kepuasan
Pasar sasaran yang dipilih adalah pelanggan yang tidak hanya sekedar menuntut fungsi utama kereta api, akan tetapi juga pertimbangan-pertimbangan psikologis (ultimate value), atau tepatnya pemerjalan eksekutif tidak akan kehilangan prestise walau tidak naik pesawat.
Positioning dilakukan dengan mempersepsikan produk argo sebagai moda transportasi kereta api yang terbaik, prestise, nyaman, cepat, untuk masing-masing kelas dan koridornya.

Arti Logo

 
Logo dengan warna orange berupa gambar mirip angka 2, dengan kemiringan 70 derajat dan warna dasar putih yang menampakkan bagian depan kereta api kecepatan tinggi dengan arah yang saling berlawanan.
 
Gambar lambang menyiratkan sifat: tegas, pasti, tajam, gerak horisontal, juga bolak-balik. Dua garis lurus dengan ujung lengkung meruncing, dengan arah berlawanan, selain menggambarkan arah bolak-balik perjalanan kereta api, juga melambangkan pelayanan (memberi dan menerima).
 
Gaya Gambar :
Lugas, langsung, tajam, teknis, selaras dengan staf teknis kereta api. Ujung garis tajam tapi melengkung untuk menyiratkan arah/kecepatan (aerodinamis), tetapi cenderung agak tumpul melengkung, tidak terlampau tajam, agar memberi kesan aman (sesuatu bentuk yang terlampau runcing lebih memberi kesan ancaman, rasa sakit dan agresivitas, asosiatif kepada senjata tajam, duri dan semacamnya.
 
Sifat Gambar :
Sifat gambar lebih lugas, obyektif, rasional karena bentuk geometrisnya yang dominan dan bersifat maskulin. Kesan sangat modern, teknis, jelas terlihat
 

Sejarah Perkeretaapian Indonesia

Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA didesa Kemijen Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh "Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada Hari Sabtu, 10 Agustus 1867.
Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen - Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA didaerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 - 1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 menjadi 110 km, tahun 1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 km.
Selain di Jawa, pembangunan jalan KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawasi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar - Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang - Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, studi jalan KA Pontianak - Sambas (220 Km) sudah diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, juga pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA.
Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 km. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang lebih 901 km raib, yang diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan KA disana.
Jenis jalan rel KA di Indonesia semula dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di Aceh) dan 600 mm dibeberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar semasa pendudukan Jepang (1942 - 1943) sepanjang 473 km, sedangkan jalan KA yang dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah - Cikara dan 220 km antara Muaro - Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro - Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan yang memperkerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro - Pekanbaru.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, karyawan KA yang tergabung dalam "Angkatan Moeda Kereta Api" (AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 28 September 1945, pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada ditangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak diperkenankan lagi campur tangan dengan urusan perkeretaapian di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya "Djawatan Kereta Api Republik Indonesia" (DKARI).